Parade Rindu dan Puisi-Puisi Lainnya

Bagikan

Parade rindu

Setiap pagi
detik rindu
berdetak dijantungmu
yang rimba
menumbuhkan hutan wajahmu
yang jingga

Setiap pagi
sebelum mencuri kau dari rahim waktu
kupinjam ingatan paling mendung
lalu kusimpan pada ruas-ruas jendela
juga di halaman takdir
yang kedaluwarsa

Kau boleh mengambilnya kembali
setelah ku buatkan kau persimpangan
tempat dimana kita bisa saling
memulangkan ingatan.

Lombok, 2024

Puisi Apa Ini?

Pada hari apa kau membaca puisi ini?
apakah pada suatu hari,
ketika mendung menghalangi petang?
sehingga tidak ada senja yang bisa kau ajak berbincang
ataukah pada suatu hari,
saat kau berupaya bangun
di malam yang hujan?

Cepatlah!

Aku mulai kehabisan kata
dan tidak tau hendak menulis apa
jangan bertanya
jawab saja
sebab terakhir kali kau bertanya tentang kita
semuanya menjadi samar soal, siapa dan mengapa

Pada hari apa aku menulis puisi ini?
pada suatu hari
ketika aku ingin membunuh pagi.

Lombok, 2024

Melupakan Mei

Suatu hari
aku mengundang kau
berkunjung ke kamarku
yang jendelanya menghadap kota dan neraka

Maka dari itu
tidak akan kau temui
nafas tanah yang dulu menumbuhkan kabut
dan bunga-bunga

Hanya ada sesak dada
dan sebuah nama, dan tanda tanya

Bagaimana menggagalkan Tuhan
menumbuhkan kau di ujung-ujung angan?


Lombok, 2024

Yusri Alhaj, lahir dan besar di Lombok dan kuliah di Universitas Mataram Program Studi Sosiologi. Sejak beberapa tahun terakhir mulai menyukai sastra. Pernah menerbitkan buku kumpulan puisi berjudul “Kereta Waktu”.

Scroll to Top