Pecakaran & Puisi-Puisi Lainnya

Picture of Ruly Andriansah

Ruly Andriansah

It takes just one first word to start writing millions of sentences.
Red Boat with Blue Sail (1906-07) by Odilon Redon

Jalan Gatot Subroto
:2023
di jalan gatsu,
anak-anak merias kerutan kota
semar atau frida kahlo
melekat dalam perdu grafiti
begitu pop-culture
mengusap dada kota
hampa semata
parade tengah tahun
& bulan merah
menyelami api
jalan-jalan basah
nama & potret keluarga
mempias dari ceruk ingatan

Surakarta, 2023

Kemlayan
:1998
tabuhan gong & bonang
oleh tangan-tangan mloyo
memantul pedih di kemlayan
art deco yang kubus
membentur diri sendiri
kesangsian untuk mati
(tertamsilkan)
seteru yang letus tiba-tiba
meretak masa lalu
juga musim bergetah
mengeraskan hotel & ketegangan
—angker di ambang pintu
juga menyandar tiang-tiang ingatan
umpama warna lakmus
tenggelam oleh elegi
notasi pertama
akta dagang toko-toko.

Surakarta-Yogyakarta, 2023-2024

Peluk
di pelukanmu
waktu melesat serupa ifrit
kau menangis
tapi tangisan yang sepi
& sepi,
memang lebih sering berkata-kata.
lenganku mengencang
waktu makin lesat
memudar rotasinya
debar dada memelan
punggungmu lesap dari wajahku
angin menelan
segala yang pernah.

Yogyakarta, 2024

Pecakaran
:2024
lewati masa jaya
gerbang-gerbang Londo hancur
hujan jadi luap & lidah memayau
mulut muara bagai menganga hukuman
rambat bakau & akar air menyatu
amuk laut jelma rob
bikin hari-hari sangsi
juga tambak mati;
Pecakaran, seperut dewasa
seleher kanak-kanak.
di tegel-tegel rumah,
teritip-teritip kian dekat serupa elegi
harapan belum mumpur lebur
perahu labuhi Arafuru
sepuluh masa purnama
mengoper tuna-tuna ke Merak;
menambal sulam hidup,
menguruk pondasi.
tetapi tanah masih lorot
& ingatan terlampau kempis;
mengenang ruwat yang lampus.
dan masa depan,
adalah unggunan sepi
-rubuh terendam

Pekalongan, 2024

Mungkin
jeda hari ini & kemarin
adalah semalam
kau dapati hidup
lebih suka menggurat kecemasan
pada pergelangan waktu
atau jantung yang batu
dan hidup,
menggali kemungkinan-kemungkinan
tetapi dalam yang paling mungkin
tak lain,
adalah diri sendiri.

Yogyakarta, 2023-2024

Ruly Andriansah, kelahiran Nusa Tenggara Barat dan berkuliah di Yogyakarta menempuh studi sosial humaniora. Menekuni penulisan kreatif, khususnya esai & cerpen. Sesekali ia menulis puisi sebagai upaya melenturkan diri. Tertarik dengan pengkajian mitos dan komunitas tempatan.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top