Penulis
Fathul Rakhman
Liburan bukan sekadar menikmati pemandangan indah. Liburan bukan semata menunggu momen untuk mengabadikan gambar yang paling indah diposting di media sosial. Bagi saya berwisata adalah proses menemukan inspirasi.
Mengunjungi tempat baru, bertemu dengan orang baru. Bahkan berkunjung ke tempat yang sering dilewati, akan bermakna piknik ketika bisa mengeksplorasi sisi lainnya.
Seperti pengalaman ke Danau Lebo Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat. Sebenarnya nama ini kurang pas, karena Lebo itu sendiri adalah sebutan danau rawa. Kata Lebo ini adalah perbendaharaan kata-kata masyarakat Taliwang. Berbeda dengan di Lombok yang tidak memiliki danau rawa yang luas sehingga tidak ada bahasa lokal untuk sebutan danau rawa.
Dari sini saja menarik untuk mengeksplorasi. Kata-kata yang muncul karena ada sebuah gejala alam. Beberapa nama lokasi juga berdasarkan nama-nama bentang alam. Seperti Brang Ene, Brang Rea. Jika ditelusuri semua nama di Kabupaten Sumbawa Barat akan banyak ditemukan kata-kata yang kaya makna. Ini bisa menjadi kekuatan wisata Sumbawa Barat.

****
Sumbawa Barat terlalu identik dengan tambang emas Newmont Nusa Tenggara, kini Amman Mineral. Sehingga kekayaan alam dan budaya belum memiliki nama. Berbeda dengan Pulau Lombok yang sudah cukup dikenal pariwisata dan budaya. Begitu juga dengan Kabupaten Sumbawa yang menjadi induk. Sudah mulai menggeliat pariwisatanya, walaupun masih berjalan lambat.
Sebuah keberanian, nekat, sekaligus ancang-ancang masa depan membicarakan pariwisata di Sumbawa Barat. Duu, membincangkan pariwisata barangkali akan ditertawakan. Sumbawa Barat adalah tambang emas. Kedua terbesar di Indonesia. Pariwisata hanya menjadi perbincangan para backpacker yang kebetulan mampir atau sekadar lewat di wilayah Sumbawa Barat.
Ketika beberapa pelaku wisata mulai mengenalkan pariwisata, maka bisa dibilang nekat. Di tengah kebijakan pemerintah daerah yang belum berkiblat pada pariwisata. Saat yang sama belum ada kepastian tamu darimana saja yang akan berkunjung ke Sumbawa Barat. Sangat dekat dengan Pulau Lombok, tapi rasanya sangat begitu jauh.
Tapi kini mulai bermunculan tetirah di selatan Sumbawa Barat. Pesisir sudah mulai ramai oleh wisatawan mancanegara. Wisatawan lokal bergairah mengunjungi tempat yang sedang viral. Walaupun nantinya akan kembali sepi lagi.
Lalu wisata seperti apa yang cocok bagi Sumbawa Barat ?
Saya menyebutnya wisata literasi. Liburan sambil belajar. Mumpung masih punya tambang emas yang duitnya banyak, alangkah baiknya memanfaatkan itu.
Jadi begini……

Saya menemui beberapa orang ketika berkunjung ke Sumbawa Barat pada Januari dan Mei 2024.Berulang kali saya berkunjung. Setiap kali saya menanyakan tentang sejarah Sumbawa Barat, dijawab dengan kening berkerut. Jika ada yang panjang lebar menjelaskan, ujung-ujungnya mentok dengan Sumbawa Besar. Sumbawa Barat dulu bagian dari Sumbawa Besar. Tapi bukan berarti semuanya harus sama. Misalnya saja seperti daerah daerah di Lombok. Satu suku Sasak. Tapi semua memiliki cerita yang unik.
Warga Sumbawa Barat suka bercerita. Suka belawas. Saya pernah membaca buku kumpulan lawas. Asyik juga syairnya. Di perpustakaan teman Sahabat Bumi saya membaca cerita rakyat Sumbawa Barat. Menarik sekali cerita itu.
Nah sekarang bagaimana agar cerita dan kesenangan bercerita itu dituangkan dalam sebuah tempat wisata. Museum.
Saya membayangkan Sumbawa Barat tepatnya nanti di Taliwang dibangun sebuah museum. Berisi sejarah Sumbawa Barat. Bukan semata sejarah berdirinya kabupaten Sumbawa Barat setelah pisah dengan Kabupaten Sumbawa. Tapi sejarah orang-orang yang ada di Sumbawa Barat. Sejarah kampung-kampung di Sumbawa Barat. Sejarah alam di Sumbawa Barat.
Dananya ya itu tadi. Dari perusahaan emas dan tambang yang kaya raya itu. Kenapa perlu menyebut perusahaan ini : agar kelak dikenang dengan baik.
Perusahaan akan pergi suatu saat. Akan berhenti beroperasi. Meninggalkan lubang menganga di tengah Sumbawa Barat. Seperti bekas koreng yang tidak bisa hilang. Sejarah bumi Pariri Lema Bariri dieksploitasi kekayaannya, yang kemudian perlahan masyarakatnya kehilangan kisah-kisah masa kecil, kehilangan sejarah. Sangat tragis jika ini terjadi. Anak cucu hanya diwarisi bumi yang menganga.
Maka penting bagi perusahaan itu agar menebus dosanya. Mungkin benar sudah banyak bantuan dan CSR yang diberikan. Tapi bentuknya fisik. Orang akan cepat lupa. Karena itu perlu mewarisi ingatan, bahwa perusahaan ini membangun pusat belajar terbesar dan terkeren di NTB. Tepatnya di Taliwang.
Orang bisa datang main ke Taliwang untuk melihat museum itu – kelak. Museum yang paling lengkap di NTB. Sekaligus berisi tempat menyimpan ingatan masyarakat Sumbawa Barat.
***

Jadi orang datang ke Sumbawa Barat – kelak bukan semata liburan. Tapi mereka datang belajar. Masih banyak sudut Sumbawa Barat yang perlu dieksplorasi. Jika an sich sekadar dipromosikan sebagai destinasi rasa-rasanya berat. Akses masih sulit, banyak keterbatasan. Tapi jika itu dilakukan dalam rangka literasi. Entah itu riset, pengabdian masyarakat, KKN, kegiatan sosial pendidikan, tentu KSB sangat menantang. Sangat menarik dijelajahi. Tentu saja yang datang itu adalah wisatawan.
Seperti pada Mei lalu saya mengeksplorasi Danau Lebo Taliwang. 3 hari di sana masih sangat kurang. Masih banyak informasi yang harus digali. Menghubungkan antara peristiwa A dengan peristiwa B. Menghubungkan kondisi di danau hari ini dengan sejarah pertanian dan tambang. Budaya masyarakat di sekitar Danau Lebo. Aktivitas ekonomi, wisata, spiritual, dll. Jadi satu destinasi pun belum cukup dieksplorasi selama 3 hari.
Saya eksplorasi dengan tujuan literasi. Saya ingin menulis beberapa artikel tentang Danau Lebo dan juga sungai – sungai di Sumbawa Barat. Nantinya bisa dijadikan sebuah buku. Akan menjadi kenangan bagi saya, menjadi catatan sejarah jika kelak 50 tahun lagi ada yang membaca buku itu.
Tentang perubahan ekologis Danau Lebo dan sungai. Tentang tradisi yang berubah. Tentang lubang tambang yang menganga.
Masih butuh turun beberapa kali lagi. Mewawancarai banyak orang. Membaca riset. Mengumpulkan foto dan video. Mengolahnya.
Butuh waktu dan biaya. Rasa-rasanya lebih enak pergi nyari emas di Sumbawa Barat.
Tapi bukankah tambang emas (ilegal) ini juga bagian dari kisah Danau Lebo dan sungai (Brang) yang ada di Sumbawa Barat ?